Sakamichi Review : Sayonara no Imi MV

Sakamichi Review dimulai lagi! MV untuk 16th single Nogi, Sayonara no Imi sudah dirilis sejak tanggal 21 Oktober kemarin. Rilisnya MV ini terbilang cepat karena hanya berselang sekitar satu minggu sejak diumumkannya senbatsu untuk 16th single. Dan MV ini membuat obsesiku pada karamel meningkat saat menulis reviewnya. Terlalu banyak untuk ditulis dalam satu minggu. Tapi sudahlah, satu review selesai dengan artikel ini. Have a nice reading.

Storyline untuk MV ini fokus pada Nanamin -atau harus kukatakan, fokusnya pada dua ‘7’- yang seperti biasa, memancing di air keruh. Meski aku sendiri akan abstain jika ditanya pendapat tentang ini, peran Nanase sebagai ‘manusia’ dan Nanamin sebagai ‘manusia duri’ atau Shijin seperti menceritakan dua sisi yang berbeda.

Shijin disini memiliki dua arti; 1. Orang yang hidup dalam penderitaan atau menderita karena penyakit 2. Seseorang yang hidup sebatang kara. Disini jelas yang digunakan adalah yang pertama. Nanamin grad dengan alasan fisiknya tak bisa diajak kompromi, fakta yang menjadi handicap-nya selama bertahun-tahun. Jadi dari segi storyline dan fakta ini single terakhirnya, tema ini bagus dan tepat sasaran.

Naachan sendiri mengatakan bahwa dia merasa mencuri banyak screentime di MV ini dan bahwa seharusnya The 3 Musketeers Nogi; Maiyan, Nanamin, dan Sayuringo lah yang seharusnya mendapat jatahnya. Aku sendiri akan lebih menyukai jika Maiyan dan Sayuringo yang mendampingi Nanamin di single terakhirnya, karena mereka praktis adalah pilar Nogi sejak awal, not to say mereka juga ‘dituakan’ di grup dalam banyak arti.

MV ini sedikit membingungkan timeline-nya, entah secara keseluruhan ini adalah flashback atau kejadian yang sedang terjadi. Kenapa? Karena handycam yang dibawa Miona berasal dari era 90’an sementara di scene lain ponsel modern berlayar sentuh juga hadir. Selain itu di scene penutup, kesannya Naachan seperti bernostalgia saat akan mengintip ke kamar Nanamin.

Shimada Kyusaku, atau lebih dikenal di fandom Sakamichi sebagai Tokuyama, kembali berperan di MV Nogi setelah Shakiism 3 tahun lalu. Kali ini, dia tetap mendapat peran antagonis -antihero mungkin lebih tepat- yang sedikit berlawanan dengan member. Dia berperan sebagai pemimpin dari sebuah desa mungkin? Yang mengetahui perbedaan diantara manusia dan Shijin dan tegas pada peraturan. Dialah yang memerintahkan Naachan melakukan ‘penyucian’ pada Nanamin, yang kemudian tak bisa dilakukannya.

Diantara banyak scene pada MV ini, yang menarik perhatianku adalah saat Ashurin memanggil Nanamin ‘onee-chan’, dan di saat upacara penyucian -aku tak menemukan idiom yang lebih bisa menggambarkan scene ini- saat berselisih dengan Miona yang merekam upacara kakaknya, terungkap bahwa dia juga adalah Shijin. Miss S & Little Miss S, tak kurang.

Secara garis besar, cerita yang kutangkap dari MV ini adalah di sebuah tempat ada ketakutan tersendiri akan Shijin, dimana mereka harus disucikan dengan memotong ‘duri’ mereka. Kurang lebih mengangkat tema rasisme dan bullying, from my point of view. Pembagian member dengan hakama merah dan biru, awalnya kukira adalah dua kubu yang berseberangan di ceritanya tapi ternyata mereka bersatu untuk upacara penyucian. Intinya menurutku adalah jangan lihat sesuatu hanya dari luarnya, klise dan klasik. Beberapa MV sebelumnya seperti Imahana juga membawa tema ini.

Harus kukatakan, kostum yang digunakan untuk MV ini mungkin salah satu yang terbaik dalam sejarah Nogi. Dance part di MV ini menjadi saat dimana kita bisa melihat kostum perpaduan ini.  Kostumnya seperti campuran dari beberapa kebudaayaan, terutama Vietnam dan China. Bagian top half yang mirip busana tradisional Vietnam, Áo Dài yang memiliki aksen Cheongsam. Sementara untuk bottom half, aksen mirip alfabet ‘ㅅ’ dalam Hangul  atau ‘λ’ terbalik dalam alfabet Yunani bisa ditemukan di bagian rok.

Sayangnya, mungkin kita tak bisa melihat Nogi perform menggunakan kostum ini, karena biasanya mereka memiliki seifuku sendiri untuk perform. A pity. Sementara di part drama, kita hanya mendapat Hakama dan Kimono biasa saja, dan baju casual untuk bagian lain, dan seragam sekolah juga. Meski harus diakui, kimono yang dikenakan Nanamin terlihat mewah, apalagi ditambah aksesoris seperti itu.

Scenery MV ini yang diambil di Yamanashi, prefektur Shizuoka kembali menunjukkan pemilihan tempat yang tepat. Kagura hall, panggung pertunjukan Noh, adegan kereta yang membelah air dan dance part berlatar belakang gunung Fuji, menunjukkan khas prefektur kelahiran Yumi ini.

Distribusi screentime, seperti yang sudah kukatakan di atas, didominasi oleh dua ‘7’. Nanamin jelas karena dia center, dan Naachan selalu menjadi top two pilihan untuk menjadi center tiap kali spring single atau fall single. 3rd row seperti biasa hanya muncul sepersekian detik, hanya Sayu yang cukup beruntung mendapat peran di dekat Nanamin saat upacara sering tersorot kamera. Sedikit penghiburan setelah 11 kali, eh?

Dari 2nd row pun, hanya Ashurin dan Miona yang mendapat jatah seharusnya. Baik dalam cerita maupun screentime. Sayuringo cukup sering mendapat screentime dan Misa hanya tersorot saat bagian upacara, sama seperti Manatsu. Sementara Yumi, okay, kembali ke Fukujin tidak semata-mata menjamin screentime berlimpah. Darn it. Untuk front row, berlimpah di MV ini, hanya saja Maiyan kurang memberi impact sebanyak Naachan.

Overall, MV kali ini lebih baik jika dibandingkan Harujion, yang menjadi standar sebuah MV+lagu kelulusan bagi Fukujin. Sayonara kini akan menjadi benchmark jika kasus Fukujin grad sebagai center terulang -meski aku tak berharap demikian- di masa depan. A beautiful MV with a decent song. Sayonara juga masih membawa image khas fall single Nogi, suram dengan jalan cerita yang berakhir bahagia (?) jadi dari segi purple line, single ini masih membawa sesuatu yang kita suka dari Nogi.

Last but not least, her final scene

All images used is credited to it’s respective owners