Bloody Mary

Selama bertahun-tahun, legenda Bloody Mary menghantui orang di seluruh dunia. Kisah tentang hantu yang akan muncul di cermin jika kita menyebut namanya tiga kali. Dari sejarah, kisah Bloody Mary dimulai oleh mitos bahwa ada ritual yang bisa membuat seseorang melihat wajah suaminya di masa depan. Hal ini disebut necromancy.

Ritual ini mengharuskan seorang perempuan naik tangga dengan mundur serta membawa lilin dan cermin dalam rumah yang gelap. Jika melihat kedalam cermin, maka wajah suami masa depan mereka akan tampak. Tapi, ada kemungkinan mereka malah akan bertemu Grim Reaper, yang artinya mereka ditakdirkan meninggal sebelum menikah.

Tapi sekarang, Bloody Mary lebih diidentikkan dengan ritual untuk memanggil hantu dari Bloody Mary, yang tidak pernah diceritakan sebagai hantu yang bersahabat. Ada banyak versi dari Bloody Mary, namun yang akan kuceritakan adalah berdasarkan fakta sejarah, seorang Ratu Inggris yang terkenal akan kisah kejamnya. Ini akan sedikit panjang.

Bloody Mary adalah julukan untuk Mary I, putri Henry VIII dari Catherine of Aragon yang memerintah Inggris pada 1553-1558. Mary naik tahta setelah turbulensi di kerajaan serta perbedaan religius yang terjadi di tanah Inggris. Mary tidak mengalami masa kecil yang bahagia akibat Henry VIII yang memutuskan pernikahan dengan ibunya demi menikahi Anne Boleyn.

Perpisahan Henry dan Catherine berbuntut panjang. Dengan konflik antara ayahnya dan Gereja Katolik Roma akibat kengototan Henry memutuskan pernikahan tanpa seizin Paus -di masa itu adalah kewajiban untuk monarki di bawah Gereja Katolik- Henry menjadikan dirinya kepala Gereja Inggris dan membuat Inggris menjadi kerajaan Protestan.

Henry VIII, kalau teliti ada yang salah dengan gambar resmi ini

Hal ini membuat nasib para penganut Katolik menjadi tidak jelas. Hal yang sama untuk Mary I karena dia dibaptis Katolik tiga hari setelah lahir. Tak lama setelah deklarasi Gereja Inggris, Thomas Cranmer yang menjabat Archbishop of Canterbury menyatakan pernikahan Henry dan Catherine dibatalkan.

Hubungan Mary dengan Henry juga tidak membaik. Setelah menikahi Anne Boleyn dan menghasilkan Elizabeth I, Mary menolak menganggap Anne sebagai ratu atau Elizabeth sebagai putri. Mary juga tidak diizinkan menemui ibunya sampai ajal menjemput pada 1536. Di tahun yang sama, Anne Boleyn dieksekusi mati akibat tuduhan incest. Elizabeth bernasib sama seperti Mary, dicoret dari calon pewaris tahta Inggris.

Edward VI, Mary I, Elizabeth I

Dua minggu setelah Anne dieksekusi, Henry menikahi Jane Seymour. Pernikahan ini memberikan putra yang diidamkan Henry, yaitu Edward VI. Namun Jane Seymour meninggal tak lama setelah melahirkan Edward, dan setelah baik Mary maupun Elizabeth dicoret dari pewaris tahta, Edward VI menjadi pewaris sah tahta Inggris. Namun sesuai wasiat terakhirnya, Henry menghendaki baik Mary dan Elizabeth sebagai pewaris tahta berikutnya jika Edward meninggal tanpa anak.

Setelah Henry VIII meninggal, tahta diturunkan pada Edward. Masa bakti Edward VI hanya bertahan 6 tahun -meninggal di usia 15 tahun setelah menjadi raja di usia 9 tahun- dan kemudian Lady Jane Grey naik tahta. Naiknya Lady Jane Grey juga akibat campur tangan Edward yang merencanakan agar Mary tidak mendapat tahta karena takut akan restorasi Katolik jika Mary berkuasa.

Lady Jane Grey

Eksekusi Mati

Namun nasib Lady Jane Grey tidaklah mulus. Urutan keempat dalam garis pewaris tahta, dia hanya bertahan 9 hari sebelum dieksekusi mati oleh pemerintahan yang kini ada di pihak Katolik dan Mary. Pada 1553, Mary I resmi menjadi Ratu Inggris yang pertama dalam sejarah, dengan gelar Queen of England and Ireland serta Queen Consort of Spain karena pernikahannya dengan Philip dari Spanyol.

Disini julukan Bloody Mary lahir. Sebagai penganut Katolik, Mary berbeda dengan ayahnya, Henry VIII dan Edward VI. Setelah menjadi Ratu, Mary memerintahkan pembakaran hidup-hidup pada penganut Protestan. Tercatat setidaknya 280 orang dibakar dalam 5 tahun kepemimpinan Mary. Hal ini jelas dikarenakan trauma masa kecilnya terutama karena perlakuan buruk ayahnya dan kematian ibunya.

Meski pada dasarnya Inggris adalah monarki Katolik, namun pemerintahan Henry VIII dan Edward VI yang membawa era Protestan membuat turbulensi di kalangan konservatif Inggris. Naiknya Mary jelas diharapkan membawa kembali Inggris yang lama. Namun Mary hanya bertahta selama 5 tahun. Pada 1558, Mary meninggal akibat komplikasi dan saudari tirinya, Elizabeth I naik tahta dan sekaligus yang terakhir dari Dinasti Tudor.

Legacy dari Mary I antara lain usahanya untuk mengembalikan Inggris ke lingkup Katolik berhasil memicu simpati dari banyak pihak. Namun hal itu tidak terwujud akibat pemerintahannya yang singkat dan penuh drama. Mulai dari pernikahannya dengan Philip yang tidak disukai rakyat dan propaganda yang dilakukan oleh banyak pihak setelah Elizabeth I naik tahta membuat image Bloody Mary yang tiran.

Lord by Birth

Nah, apa hubungannya Mary I dengan Lord Kotoko? Alasan utamanya adalah karena baik Mary dan Kotoko memiliki nasib yang sama yaitu berada dalam bayang-bayang orang lain dan lebih dikenang karena hal yang -let’s say- negatif. Well, aku akan mengatakan tulisan kali ini sedikit keras. Pertama, untuk berada dalam bayang-bayang.

Dalam Dinasti Tudor, Mary I kalah populer dari kakeknya Henry VII yang membuat Inggris menjadi monarki yang  kuat; atau ayahnya Henry VIII yang terkenal karena kebiasaan kawin-cerainya dan konfliknya dengan Gereja Katolik Roma. Begitu juga Elizabeth I, monarki terakhir dari Dinasti Tudor, adik tiri Mary yang membawa Inggris ke era kejayaan sebelum Ratu Victoria.

Sebagai Gen 2, Kotoko awalnya cukup populer karena satu faktor; visual. Yep, untuk ukuran visual bisa dikatakan Kotoko adalah salah satu yang paling tinggi dari Gen 2 selain Iori, Junna, dan Karin. Ini adalah pendapat yang bisa mewakili secara general. Karena siapa yang bisa bilang Kotoko tidak cantik? Jujur secara obyektif?

Tapi di Nogi -dan kurasa di tiap idol group- sekedar memiliki nilai visual lebih tidak akan membuatmu populer. Seperti yang diketahui, Miona mengambil alih posisi sebagai center dari Gen 2, sementara member seperti Kiichan dan Maichun meroket popularitasnya. Ada juga member seperti Iori yang habis terbakar.

Sementara Kotoko, dia termasuk member yang baru dipromosikan terlambat. Baru pada 3rd Birthday Live dia menjadi full member setelah 2 tahun menjadi KKS bersama 5 member lain; Aachan, Miria, Junna, Renachi, dan Ranze. Hanya Ranze yang tembus ke senbatsu saat ini. Sementara dari 4 member sisanya, Kotoko jelas tidak lebih baik, bahkan dari HS adalah yang paling rendah jika dibandingkan.

Untuk poin kedua, dimana Kotoko lebih diingat karena hal yang kurang enak, hal ini karena satu hal; saat member lain mulai mengembangkan karakter, Kotoko masih stuck di karakter anime otaku yang tidak berbeda dari awal. Well, Ikoma dan Sayuringo juga bertahan dengan karakter ini tapi tak perlu kusebutkan lagi berapa banyak mereka berkembang dari waktu ke waktu.

Kotoko? Dia tidak mengubah karakternya sama sekali dan terkesan terkungkung di zona nyaman. Well, I’ll try to not biased. Apa yang terjadi pada Kotoko adalah dia -ini murni pendapat pribadi- terlalu bergantung pada nilai idol yang mengutamakan visual dan karakter yang untouchable. Jika harus kukatakan formula yang sama dipakai oleh Mayuyu. Negatif? Ya.

Hal ini sama seperti Mary I yang berakar Katolik yang kuat, cenderung mengagungkan tradisi dan akhirnya melakukan pembakaran pada umat Protestan. Kotoko melakukan kesalahan dasar yaitu terperangkap dalam zona nyaman dan sama saja dengan bunuh diri mengingat tren Nogi bisa dengan cepat berubah dalam setahun.

Apa yang dibutuhkan Kotoko kalau begitu? Jawabannya adalah waktu. Mary gagal mengembalikan Inggris menjadi Katolik karena hanya bertahta selama 5 tahun. Kotoko pun begitu, kini Gen 2 sedang dalam timing, mengingat untuk pertama kalinya memiliki 4 wakil di Senbatsu. Meski harus diakui juga bahwa antrian di depan Kotoko setidaknya masih mencakup Miria, Acchan, dan Renachi.

Selain waktu, yang dibutuhkan adalah keluar dari cangkang. Laporan HS akhir-akhir ini menunjukkan Kotoko mengalami peningkatan baik dalam jumlah slot maupun interaksi. Sayangnya S48 sementara sedang down jadi aku kehilangan track untuk HS terakhir dari Influencer. Jika dia bisa terus mempertahankan ini, maka tidak sulit untuk naik kelas dari backdancer Under.

Yang ketiga adalah keberuntungan. Setelah kedatangan Gen 3 yang dipenuhi bintang, nasib front row Under masih sedikit terombang-ambing apalagi backdancer. Meski aku jelas mendukung Gen 3 menjadi Under dulu, tentu ada kekhawatiran akan nasib Kotoko dan member senior lain. Jika tak ada keberuntungan, nasib Kotoko tetap akan sama.

Signature pose Lord Kotoko, double peace

Mary I adalah Ratu yang disukai oleh rakyatnya meski ada ganjalan, namun sejarah lebih mengingatnya sebagai Bloody Mary. Karakter “Lord” Kotoko cukup disukai, tapi tanpa perubahan fandom hanya akan melihat dan mengingatnya sebagai karakter gagal. Terkesan terlalu memaksa Kotoko? Well, di dunia idol ini adalah hal wajar. Apalagi Kotoko dan Iori adalah dua member Gen 2 yang paling anomali, sekaligus yang kudukung meski levelnya tidak intense.

All images used is credited to it’s respective owners