J & K, How it is Different

Topik ini tidak akan pernah ada habisnya, tentang bagaimana dua negara ini bersaing dalam hal apapun. Jika menilik sejarah, hubungan antara kedua negara ini sudah terjadi sejak awal Anno Domini. Sejarah yang setidaknya sudah tertulis selama 1500 tahun. Tidak ada hubungan yang harmonis antar tetangga, melainkan selalu menjadi api dalam sekam. Well, untuk Asia Timur hal ini wajar.

Russia, China, Jepang, Korsel dan Korut, negara-negara yang merasa terlalu besar untuk menundukkan kepala pada yang lain. Sama seperti semua sejarah kuno, terlalu banyak kesalahan masa lalu yang mempengaruhi masa kini. Jepang menginvasi Manchuria, Korea, dan Russia, terutama Korea yang menjadi salah satu kisah tetangga paling panjang dan berdarah dalam sejarah.

Kembali ke abad ketiga, interaksi pertama Korea-Jepang didapat setelah Baekje dan Silla mengirim pangeran mereka ke Yamato di Jepang sebagai ganti dukungan militer. Setelah itu, sejarah lebih berpihak pada superioritas Jepang. Contoh terakhir adalah pendudukan atas Korea di Perang Dunia II. Buntutnya masih berlangsung hingga sekarang.

Pada 1910, Korea menjadi bagian dari Jepang menyusul Perjanjian Persatuan Jepang-Korea, membuat mereka menjadi distrik spesial. Kekalahan Jepang di PD II mengakhiri pendudukan Jepang di Korea, dan awal mula dari pecahnya Korsel dan Korut. Soviet mendeklarasikan perang pada Jepang yang kini berada di pihak Amerika,

Semenanjung Korea dibagi dua; Korut dibawah pemerintahan komunis Blok Timur dan Korsel dibawah pemerintahan liberal Blok Barat. Pecahnya semenanjung Korea ini mirip dengan cerita Jerman Barat dan Jerman Timur. Dan hal ini berbuntut pada isolasi Korut di dunia internasional, resminya, hingga kini Jepang tidak mengakui kedaulatan Korut.

Kembali pada hubungan Korea-Jepang secara general, tidak akan pernah ada titik temu yang bisa memuaskan kedua belah pihak. Terlalu panjang sejarah yang tertulis, dan perspektif itu masih bisa dilihat oleh generasi muda kedua negara saat ini. Yah, dalam tahun-tahun terakhir kurasa sedikit terbantu oleh tukar budaya kedua negara.

Dari sini kita beralih pada ngidol. Tidak jarang terjadi gesekan diantara purist J-idol atau K-idol. Nah, apa perbedaan dari keduanya? Well, butuh adaptasi dan menghargai perspektif untuk hal ini. Pertama, dari selera. Suka yang ramai-ramai a la J-Idol atau sedikit tapi nearly perfect dari K-idol?

Kemudian faktor besar di dunia J-idol, unsur pure dan kawaii tak bisa dipisahkan, meski tentu ada pengecualian untuk beberapa. Katakan saja BABYMETAL, atau BiSH. Sementara untuk K-idol, mereka menjual image yang lebih sexy, atau setidaknya lebih terpoles ketimbang J-idol. Hal ini karena perbedaan sistem dasar dimana ada sistem training yang jauh lebih panjang untuk K-idol.

Training yang bisa memakan waktu bertahun-tahun itu membuat kesan idol yang lebih pro dari K-idol. Sementara untuk J-idol, waktu training yang tidak terlalu lama atau seringkali malah debut lebih dulu membuat kesan “asal bisa debut”. Untuk musik, aku akan mengatakan keduanya sama-sama generik, dalam era sekarang dimana EDM mendominasi, suara yang dihasilkan kurang lebih sama.

Kemudian beralih ke dance. Di J-idol hal ini masih dipengaruhi oleh unsur kawaii jadi mayoritas kurang lebih sama. Perbedaan tentu ada tapi tidak bisa dibilang major. Diversitas di K-idol sedikit lebih terasa karena masing-masing grup memiliki image dan mereka akan stuck dengan itu untuk waktu yang lama. Jumlah member yang lebih banyak bisa membuat koreografi yang lebih kompleks meski tentu tidak setinggi yang bisa kita bayangkan, sementara lebih sedikit berarti lebih bisa stand-out.

Kedua, suka atau tidak suka antara keduanya tidak seharusnya didasarkan hal bodoh seperti rumor, termakan isu tanpa mengecek lebih jauh adalah tindakan konyol. PS atau rumor hubungan asmara, well hal ini kembali pada perspektif masing-masing. Childish fans atau mature fans, pilihan ada pada diri sendiri.

Untuk J-Pop, sudah jelas di stan mana aku berada; Sakamichi. Sementara untuk K-Pop, aku tidak terlalu intensif seperti saat berada di fandom SONE dulu, karena tidak adanya grup yang bisa menarik perhatianku. Well, tentu saja ada beberapa nama seperti TWICE, G-Friend, sedikit lebih tua ada Girl’s Day yang kuikuti setelah GG.

Membicarakan TWICE, kini mereka mempersiapkan debut mereka di Jepang, dan harus kukatakan aku cukup excited. Seperti nostalgia kembali ke awal dekade ini dimana GG melakukan debut di Jepang di era keemasan AKB. TWICE sebagai current favorite dan Sakamichi bisa menjadi hiburan tersendiri. Dan aku berharap suatu saat akan ada interaksi Sana dan Ashurin.

Yah, berkaca pada GG dulu, aku tidak berharap akan terjadi sesuatu yang revolusioner dengan debutnya TWICE di Jepang. Hanya sekedar gimmick dalam maksud mengejar profit dari pasar Jepang. Selama J-idol tidak mengekspansi pasar Korea, jalan untuk membuat hubungan keduanya lebih lebur masih tertutup.

Memang sulit bagi J-idol untuk menembus pasar Korea karena secara tradisi dan sejarah orang Korea bisa dikatakan lebih tertutup pada idol dari Jepang. Yah, tidak bisa disalahkan karena secara internal pun, masih ada perang yang bisa meletus kapan saja antara Utara dan Selatan.

Sementara itu, Keyaki diundang untuk event Summer Sonic 2017, bisa dibilang pencapaian yang cukup membanggakan. Meski bukan yang pertama untuk Keyaki tampil di event musik yang tidak berorientasi idol, kali ini aku sedikit khawatir juga. Stigma akan fans idol yang sedikit “kacau” bisa menjadi bumerang apalagi fans Keyaki tidak terkecuali kalau berkaca dari kejadian sebelumnya.

Hal ini berlaku di Jepang, sementara di Korea, mayoritas act disana adalah idol jadi tidak ada kekhawatiran berlebih soal ini. Dari segi diversitas dan usaha untuk merangkul penggemar musik dari genre lain, J-idol bisa dibilang lebih unggul. K-Pop lebih global, aku tidak bisa bilang tidak, dan J-Pop tidaklah hanya berorientasi ke dalam seperti yang dipikirkan.

J-idol dan K-idol berbeda, hal ini pasti. Aku tidak mengerti kenapa ada purist yang kadang terlalu mendewakan salah satu dan memanusiakan yang lain dalam hal ini. Perbedaan idol dan kultur ngidol diantara kedua negara ini juga bisa dijadikan contoh bagaimana menyikapi perbedaan, setidaknya meski dalam substansi ngidol, bisa membuat kita lebih terbuka. Dan jangan lupa, Selamat Hari Lahir Pancasila.

All images used is credited to it’s respective owners