Sampo

Apa yang terlintas di kepala saat mendengar Finlandia? Negeri utara, Nokia, Kimi Raikkönen, Ievan Polkka, atau bahkan Ikuta Erika? Sebenarnya banyak lagi hal menarik tentang Finlandia, termasuk mitologi negara ini. Seperti umumnya negeri utara, Finlandia memiliki mitologi dan sejarah yang (sayangnya) kalah terkenal dari bangsa Norse, Viking, Briton, atau Roman. Salah satu mitologi paling terkenal adalah Kalevala.

Kalevala bukanlah mitos sebenarnya, melainkan kumpulan epik kuno Finlandia yang ditulis di abad ke-19 oleh Elias Lönnrot. Terdiri dari syair yang dikutip dari puisi Runic kuno Finlandia, Elias Lönnrot merangkum dalam satu epik Kalevala atau Tanah Para Pahlawan pada 1849. Kisah dengan tokoh utama penyihir abadi yang tahu segala, Väinämöinen.

Väinämöinen, sosok legenda dalam Kalevala, setara dengan Orpheus di Yunani

Jika dirangkum epik mitologi ini sangat panjang, sekitar 50 puisi runic yang masing-masing menceritakan kisah berbeda termasuk diantaranya Kelahiran Väinämöinen, kisah sang pahlawan Lemminkäinen, Ilmarinen yang menciptakan Sampo, perang antara para pahlawan dengan Louhi ratu penyihir dari Pohjola, penciptaan Kantele, dan hadirnya raja Karelia.

Ada satu bagian yang menarik, bagian Rune X, XLII, dan XLIII, yaitu kisah tentang Sampo, artefak sihir yang memproduksi gandum, garam, dan emas dari ketiadaan. Sudah dikatakan diatas bahwa Seppo Ilmarinen menciptakan Sampo, atas permintaan Väinämöinen sebagai hadiah untuk Louhi, agar Ilmarinen bisa menikahi putri Louhi. Setelah Sampo tercipta, Louhi menguncinya dengan sembilan kunci, menolak untuk membagi kekuatan Sampo dengan dunia luar selain Pohjola.

Ilmarinen menciptakan Sampo

Lebih buruk lagi, putri Louhi menolak lamaran Ilmarinen, dan kisah Kalevala berlanjut pada Lemminkäinen. Väinämöinen memberitahu Ilmarinen bahwa mereka harus merebut kembali Sampo di Rune XXXIX, Lemminkäinen pun bergabung dan tiga pahlawan Kalevala berlayar menuju Pohjola. Di Rune XLII, Sampo menjadi topik utama, terutama setelah Louhi menolak membagi kekuatan Sampo.

Väinämöinen membuat Louhi mengerahkan pasukan Pohjola untuk melawan mereka, dan dia memainkan Kantele, harpa yang dibuat Ilmarinen yang memiliki kekuatan magis, untuk membuat pasukan Pohjola tertidur. Tiga pahlawan kemudian menemukan Sampo, aman di gunung tembaga, dimana Ilmarinen harus menggunakan tenaga kerbau raksasa untuk melepaskan Sampo dari segelnya.

Väinämöinen memainkan Kantele, musiknya begitu damai dan indah

Mereka membawa Sampo dan berencana menyembunyikannya di sebuah pulau. Di perjalanan pulang menuju Kalevala, dalam euforia menyelamatkan Sampo, Lemminkäinen bernyanyi begitu buruknya sampai membuat burung-burung lari. Sialnya, mereka lari ke Pohjola dan membangunkan seluruh pasukan Pohjola dan Louhi. Mengetahui Sampo telah diambil, Louhi membangkitkan Iku-turso, katak laut untuk mengejar tiga pahlawan.

Iku-turso bertarung melawan Väinämöinen dan kalah. Tak lama kemudian Ukko, dewa langit dan petir mengirim ombak besar yang mengakibatkan hilangnya Kantele. Tiga pahlawan nyaris tenggelam sebelum Väinämöinen meminta Ukko berhenti. Sementara Louhi terus mengejar tiga pahlawan, Väinämöinen menyihir agar muncul gunung untuk menghentikan pasukan Pohjola bersama Louhi, tapi si penyihir lolos dengan merubah dirinya menjadi elang.

Dalam pertarungan untuk Sampo, meski melanggar janji pada ibunya, Lemminkäinen melukai Louhi. Akhir dari pertarungan ini adalah Sampo jatuh ke laut dan terpecah menjadi banyak bagian. Di Kalevala, Väinämöinen yang berhasil menyelamatkan sebagian Sampo memohon pada Ukko agar melindungi Kalevala dari ancaman Louhi.

Klimaks dalam perebutan Sampo

Sampai akhir epik Kalevala, Sampo tidak pernah terbentuk utuh lagi. Väinämöinen meninggalkan Kalevala dengan kapalnya, berharap suatu saat dia bisa membawa kembali Sampo secara utuh. Sampai saat ini, tidak diketahui pasti akan keotentikan Kalevala karya Lönnrot. Tapi legacy Kalevala dalam kebudayaan Finlandia masih kuat, 28 Februari diperingati sebagai Hari Kalevala, termasuk literatur dan musik.

Nah, setelah mengetahui tentang Sampo, apa yang ingin kubahas dari sini? Hal ini sedikit berhubungan dengan ramalanku di awal tahun, yaitu tentang graduation. Kenapa aku menulis ini di tengah tahun, di tengah euforia album ketiga dan tinggal sejengkal dari mimpi 1M? Jawabannya mudah, you can’t fight time.

Separuh member Nogi memang belum menjalani Seijin Shiki -thanks to 3rd gen- tapi jika melihat susunan member top, di senbatsu yang sekarang, hanya satu yang masih di U-20. Regenerasi seperti stuck di suatu titik. Aku tidak akan terlalu komplain, karena jika regenerasi dilakukan perlahan seperti ini juga ada sisi baiknya. Sisi jeleknya hanya jika yang muda terlalu lama ditutupi, bisa gugur duluan.

Tapi bukan itu intinya, melainkan bagaimana jika setiap member yang memiliki Sampo, dalam hal ini adalah mereka-mereka yang bisa dikatakan punya pegangan di luar grup atau secara kasarnya mereka yang sudah memiliki karir secara individu diluar Nogizaka dan atau masih berstatus idol untuk alasan lain?

Kenapa aku menganalogikannya sebagai Sampo? Ada tiga faktor penting, sama seperti gandum, garam, dan emas yang dihasilkan Sampo, ada tiga hal yang paling penting bagi idol; variety, lagu, dan image. Tiga hal ini tidak bisa dipisahkan, dan Nogi bukan pengecualian. Contohnya, Zodiac di cover Umaretekara Hajimete Mita Yume, mereka punya segalanya diluar karir Nogi.

Ada enam official model, tiga langganan variety, dua langganan stage play dan satunya captain, itu belum menyinggung peran mereka di lingkup Nogi. Jika mereka grad, maka susah dikatakan apa mereka akan kesulitan atau lempeng saja setelah menanggalkan nama Nogizaka46 dan status idol.

Status idol masih menjadi alat elektabilitas yang tinggi untuk bertahan di industri entertainment Jepang, bahkan member super-populer seperti Kami-7 dari grup sebelah semuanya kesulitan untuk ini. Nogi sejauh ini memiliki dua member Fukujin yang grad, satu terbilang cukup bagus dengan beberapa kali mendapat kesempatan di layar kaca.

Menjadi idol yang populer =/= tetap akan populer setelah tamat idol. Apakah itu berarti Sampo yang kumaksud memang tidak ada? Tidak juga, hal ini tergantung pada pilihan. Pilihan saat masih menjadi idol dan setelah pensiun menjadi idol. Sejauh ini, dari Zodiac Nogi, sejujurnya hanya satu nama yang menurutku masih akan berhasil untuk meneruskan karir di entertainment setelah grad dari Nogi.

Okay, that wasn’t surprising at all, rite? Dan disini kukatakan entertainment dalam arti Ikuchan bisa menjadi aktris musikal yang populer. Status musikal mungkin bisa dikatakan lebih bergengsi dari aktris film, dan pengalamannya selama dua tahun ini membuat Ikuchan lebih dilirik oleh produser musikal. Dia memiliki Sampo untuk ini; vokal, kemampuan akting, dan image.

Bagaimana dengan Double Suns? Untuk Maiyan, mungkin dia bisa melanjutkan sebagai model, untuk banting setir ke dunia lain mungkin sedikit sulit. Yang mengkhawatirkan adalah Naachan, dia menjadi populer karena Nogi, hampir sinonim antara Nishino Nanase dan Nogizaka46, aku tidak ingin negatif, tapi Naachan tanpa Nogi akan sulit.

Untuk member lain, sejujurnya, akan sulit bertahan tanpa Nogi di entertainment. Mungkin pengecualian untuk Rotti, yang sering dianggap tersia-sia di Nogi. Sementara, meski cukup banyak member yang memiliki Sampo selama di Nogi, atau memiliki karir yang bagus secara individual, akan sulit untuk mencapainya lagi setelah grad.

Jika diibaratkan, menjadi member Nogi saat ini seperti hidup di Kalevala, jika tidak ingin menjalani kehidupan di Pohjola setelah grad, member harus memiliki Kantele untuk mengumpulkan semua yang mereka punya agar memiliki Sampo sebagai jaminan setelah grad. Jalan untuk mendapatkan Sampo tidaklah mudah, banyak halangan terutama setelah memutuskan pergi, apa member siap untuk itu?

Punya pendapat lain tentang graduation dan efeknya bagi tiap member?

All images used is credited to it’s respective owners