Geschichte von Rosberg

Saat mencapai titik puncak dalam karir, apa yang biasanya orang akan lakukan? Tenggelam dalam euforia dan merusak puncak? Meneruskan tren? Atau mundur saat berada di puncak? Biasanya orang akan memilih yang kedua, tapi tanpa sadar malah jatuh di pilihan pertama. Pilihan ketiga? Hanya segelintir saja yang mau melakukannya.

Meninggalkan sesuatu saat berada di puncaknya butuh keberanian besar. Bukan cuma itu, seringkali malah hasilnya antara bisa berakhir bahagia atau menjadi bumerang. Dari banyak orang yang mundur saat berada di puncak karir, salah satu yang terbaru adalah Nico Rosberg. Yep, Rosberg. Juara Dunia F1 2016 yang memutuskan pensiun hanya dua hari setelah memenangkan kejuaraan pertamanya.

Saat Nico memenangkan Grand Prix tahun lalu, aku menulis artikel tentang itu. Hal itu karena Nico adalah salah satu pembalap F1 favoritku, termasuk pembalap yang komplet, pembalap yang lebih “pendiam” ketimbang Hamilton yang glamor, atau Seb yang meledak-ledak, dan tidak seperti Iceman Kimi. Tidak seglamor Schumi atau sememesona Alonso, Nico jauh lebih down to earth, bahkan untuk kelas pembalap F1.

Datang ke F1 dengan status anak juara dunia 1982 Keke Rosberg, Nico dengan mudah mencuri perhatian. Saat itu bersama Kimi, Button, dan Alonso, mereka dijuluki pembalap masa depan F1. Keempatnya akhirnya pernah merasakan gelar juara dunia, sebelum kedatangan Hamilton di akhir 2000 dan Seb di awal 2010.

Karir Nico di 5 tahun pertamanya tidaklah mentereng, hanya berbekal mobil Williams sebelum pindah ke Mercedes tidak akan membuat seorang pembalap dilirik. Kecuali menggunakan Ferrari atau Renault, dan McLaren di periode ini. Terbukti Alonso, Hamilton, Button, dan Seb bergantian memenangkan kejuaraan. Nico? Paling bagus hanya di papan tengah.

Bersama BMW-Williams, tim pertamanya

Tapi pada akhirnya konsistensi Nico membuahkan hasil. Bergabung dengan Mercedes disaat yang sama dengan kembalinya legenda hidup Michael Schumacher ke lintasan, Mercedes yang memenangkan grand prix di 2009 dengan nama Brawn GP menjelma menjadi salah satu penantang serius. F1, sementara itu, mengalami masa membosankan dimana mesin Red Bull Renault menjadi sama dominan dengan Ferrari sepuluh tahun sebelumnya.

Seb Vettel memenangkan 4 gelar beruntun, hanya Alonso dengan Ferrari yang sanggup mengganggu dominasi banteng merah di awal dekade 2010. Jalan Nico menuju gelar terlihat sangat jauh apalagi sebagai rekan satu tim Schumi, jelas dia tidak mendapat prioritas. Semua berubah setelah Schumi kembali gantung setir dan Hamilton datang. Persaingan lebih terbuka dan regulasi mesin membuat Mercedes berjaya. Hanya, waktu untuk Nico bersinar terlihat masih jauh.

Setelah meraih titel yang didambakan selama lebih dari satu dekade karirnya di F1, Nico memutuskan untuk pensiun dari ajang balap paling glamor di muka bumi. Alasannya sederhana, Nico sudah memenuhi impiannya, jadi membalap untuk mempertahankan itu tidak akan semenarik saat mencoba mendapatkan gelar. Selain itu, musim terakhir Nico bisa dibilang penuh drama.

Bersaing ketat dengan teammate Lewis Hamilton sejak musim 2016 dimulai, Nico memenangkan gelar dengan selisih 4 poin. Hanya berselang 5 hari sejak race penentu gelar di Abu Dhabi, Nico mengumumkan pensiun dari F1. Nico menjadi pembalap pertama yang pensiun dengan gelar juara dunia setelah Alain Prost.

Pensiunnya Nico merubah peta persaingan F1, kini tinggal menyisakan 3 juara dunia yang berkompetisi di F1 2017; Kimi Raikkonen, Lewis  Hamilton, dan Sebastian Vettel. Tiga nama ini masih memuncaki persaingan menuju gelar, selain Daniel Ricciardo dan pengganti Nico di Mercedes, Valtteri Bottas.

Tanpa Nico, F1 masih tetap berjalan sebagaimana mestinya, Mercedes masih menjadi manufacturer to beat di F1. Hamilton masih pesaing utama kejuaraan. Life goes on. Keputusan Nico untuk langsung pensiun tidak terlalu mendapat backlash karena Nico dikenal sebagai pembalap tanpa kontroversi, pembalap “baik-baik” yang meraih mimpinya dan memutuskan berhenti.

Nah, setelah trivia tentang Nico, apa inti artikel kali ini? Mungkin kali ini aku sedikit tertarik pada skandal pernikahan dari member NMB kemarin. Well, I’m in no position to speak, jelas. Hanya saja, pandanganku atas kasus ini harus dilihat dari dua sisi. Kukatakan lagi aku tidak mendukung atau menolak hal seperti ini.

Pertama, aku tidak mengenal jauh Sutou Ririka, well, not at all actually. Tapi, apa yang dia lakukan di SSK kemarin seperti koin dua sisi. Di satu sisi dia tidak pantas melakukan itu karena dia idol, terlebih di event dimana fans menghamburkan uang untuk mendukungnya. Seperti memberi pistol kepada idol untuk alasan membela diri, dan dia menembakmu di kepala denga pistol itu.

Kedua, setelah bertahun-tahun di dunia idol, aku sedikit banyak tidak terlalu peduli lagi dengan hubungan asmara para idol ini. Ini sesuatu yang cuma bisa dimengerti bersama dengan waktu, setelah lama ngidol, kita akan melihat idol secara lebih manusiawi. Mudah dimengerti jika hal semacam ini bisa terjadi. It’s natural.

Jadi, secara umum, terlebih karena ini terjadi di grup dimana aku tidak terlalu mempedulikannya, pendapatku hanyalah shit happens. Tidak mempersalahkan satu pihak, karena menjadi idol tidak membuat seseorang menjadi tidak manusiawi. Semua tergantung bagaimana kita menyikapinya. Tidak akan ada pendapat yang bisa memuaskan semua orang.

Setelah kejadian ini, image 48G menjadi susah ditebak arahnya. Sure, they declined, only one who’s blind as a bat would deny it. Nah, sebagai grup yang mengagungkan Renai Kinshi Jourei, apa yang diperbuat Sutou jelas menghancurkan itu. Ya, sudah sering mereka terkena skandal asmara, tapi setidaknya sebelumnya ada hukuman atau semacamnya, apalagi tidak sampai pada level pernikahan.

Tidak ada yang menyinggung bakatnya, terlebih bakat untuk membuat kontroversi

Jika harus mengatakan, image 48G sekarang seperti Lewis Hamilton, dari hidupnya yang penuh glamor dan berbagai berita miring. Di masa F1 sekarang dimana penuh mekanik dan perhitungan, Hamilton adalah James Hunt di era ini. Playboy, glamorous, controversy, semuanya ada.

You could hate Hamilton so easy, but also easy to forget it. Kita butuh sosok seperti ini di lingkungan F1, dan dalam dunia idol, kita butuh titik dimana idol group yang disukai menemui hambatan. Sama dengan Hamilton, Seb Vettel pun demikian, apalagi sifat kekanakannya jika mobilnya tidak sesuai harapan. Tapi soal Seb, aku akan menulisnya lain waktu.

Nah, sekarang jika 48G seperti Hamilton, ada juga member yang mirip Nico. Yaitu mereka-mereka yang mencintai 48G atau grup masing-masing. Member-member OG bisa dibilang masuk kategori ini, mereka yang melihat dari mana AKB dimulai sampai pada titik ini.

Di SSK kemarin, satu hal yang cukup membuatku merasa kehilangan adalah graduate-nya Mayuyu. Oke, mungkin hal ini sedikit konyol, tapi jujur saja, siapa yang tidak mulai suka dengan 48G tanpa mengenal Mayuyu? Dia grad untukku seperti berakhirnya kans AKB untuk menjadi lead group lagi. You know what I mean. 

Member-member pioneer lebih mirip Nico, mereka bekerja keras, lebih “diam”, bayangan mereka selalu ada di benak fans. Ini yang membuat mereka dirindukan sampai sekarang. Tapi life goes on, tidak ada yang bisa dilakukan saat mereka harus pergi, kecuali membuat penerusnya melakukan apa yang mereka lakukan; bekerja keras.

Namun harus diingat juga mentalitas semacam itu hanya bisa dibentuk jika seseorang juga mengalaminya. Tidak semua orang bisa melakukan ini. Banyaknya skandal, selain ulah manajemen itu sendiri, jelas menjadi faktor utama menurunnya interest pada 48G. Member muda jelas harus mempelajari OG member, dan jangan berpikir bahwa era sudah berganti, budayanya juga ikut berganti.

This slideshow requires JavaScript.

Aku menulis ini karena tidak ada sesuatu dari Nogi atau Keyaki yang cukup menarik untuk dibahas belakangan ini. Menjadi duta pariwisata Thailand? Apa yang bisa ditulis dari itu? Jadi aku lebih baik membahas tentang ini. Dan lagi, jika Sakamichi terus mulus melaju menuju gelar idol group #1 tanpa “rival” yang sesuai, apa menariknya?

Tahu apa yang Sayuringo katakan soal skandal 48G ini kan? Bahkan sepertinya Nogi pun tidak ingin menang dari 48G saat mereka tidak ada di puncak. Punya pendapat lain? Beda dengan kos sebelah, sedikit savage disini mungkin lebih nyaman.

All images used is credited to it’s respective owners